Perilaku
konsumen :
adalah suatu proses
atau aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian pemilihan,pembelian,penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan agar memenuhui kepuasaan.
TIGA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
(1). Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh
1. Kebutuhan konsumen
2. Persepsi atas karakteristik merek, dan
3. Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan,pilihan
merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
(2). Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
1. Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh
kedaerahan atau kesukuan)
2. Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi
atas harta milik konsumen)
3. Grup
tata muka (teman,anggota keluarga, dan grup referensi) dan
4. Faktor menentukan yang situasional (situasi
dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha)
(3). Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan
usahanya dalam
memberitahu dan mempengaruhi konsumen.
Variabel-variabelnya adalah
(1).Barang
(2). Harga
(3).
Periklanan dan
(4).
Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar
harus mengumpulkan informasi dari
konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran.
10 perilaku konsumen
1.Berpikir jangka pendek (short
term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir
jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu
cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2.Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3 Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai
teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan
pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu
dari tampilan luarnya
2.Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3 Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai
teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan
pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu
dari tampilan luarnya
6.Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar
negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di indonesia dan lebih bergaya agar bisa dipamer.
7. Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya
8. Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Bahkan sampai menggunakan segala cara agar bisa lebih menonjol dan terlihat hebat atau wah di ddepan ,orang lain(pamer).
9. Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun
unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi
10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan
Pendekatan untuk mempelajari perilaku
konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang
1. Pendekatan
kardinal
2. Pendekatan
ordinal
Pendekatan kardinal :
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering
disebut dengan teori nilai subyektif dianggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk
membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna
marginal yang sama besarnya.
Hukum
tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Berikut
fungsinya:
U = f ( X1,
X2, X3………, Xn )
U : besar
kecilnya kepuasan.
X : jenis dan
jumlah barang yang dikonsumsi
Pendekatan ordinal
Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa
dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen lain akan mempunyai
tingkat kepuasaaan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan
jenis yang sama.hal ini menimbulka pendekatan ordinary yang menunjukan tingkat
kepuasaan untuk mengkonsumsi barang atau jasa dalam model iniferent
Pengertian printing :
1. Teks
tulisan tangan dalam gaya barang cetakan
2. Usaha
memproduksi barang cetakan untuk dijual atau didistribusikan
3. Reproduksi
dengan enerapkan tinta untuk kertas untuk dipublikasikan
4. Semua
salinan dalam karya certak pada satu waktu,agar menghasilkan hasil cetakan yang
siap di publikasikan
Pengertian cafe :
Pada awal nya cafe ,di kenal hanya
sebagai kedai kopi saja ,dan semakin pesat nya jaman berkembang cafe pun banyak
di jumpai di kawasaan-kawasaan moderen terutama di ibu kota ,cafe berkembang
bukan hanya sebagai kedai kopi lagi melainkan ,sebagai tempat kuliner,bahkan
ada yang mensajikan kuliner dan hiburan seperti permainan ,agar menarik
pengunjung lebih banyak.
Penggabungan cafe dan printing:
Di sebuah cafe ,memiliki suatu menu
yang di publikasikan ke pelanggan ,menu tersebut di publikasi dengan
cara,printing atau lembaran hasil printing,di setiap pertemuaan atau meeting
,pasti tidak hanya sekedar ketemu saja ,tetapi sebagian besar pada saat meeting
,lokasi pertemuan lebih sering di cafe-cafe
Menurut saya penggabungan antar cafe dan printing
,syah-syah saja asal tidak mengganggu proses prosedur,
Karna cafe dan printing saling
berhubungan,atau saling menguntungkan tidak ada salah nya digabung asal kan
posisi tempat nya tidak berdekatan ,karna pada proses printing bahan-baahan
kimia yang digunakan sangat lah berbahaya untung di hirup,baik nya posisi cafe
di depan ujung kiri sekali lalu pantri di samping kanan,lalu ofice ,lalu dikanan depan ada gudang ,dan di depan gudang ada musolah dan toilet lalu di belakang gudang baru ruang produksi